Jangan Sepelekan! Guru Wajib Tahu Hal Ini di Sekolah


Pinterest.com

Firli Alfa Riski (K8419038)

Universitas Sebelas Maret

2020

Sekolah adalah adalah rumah kedua bagi siswa. Kata ini paling sering diucapkan oleh para guru baik saat pembelajaran maupun amanat upacara. Guru pun telah meyakinkan siswa bahwa mereka adalah orang tua ketika di sekolah. Jika guru itu perempuan, mereka adalah ibu dalam pendidikan kita. Jika guru berjenis kelamin pria, dia adalah bapak di sekolah kita. Mereka yang membimbing kita tentang segala hal dari masuk gerbang sekolah hingga para siswa meninggalkan kelas-kelasnya pada sore hari. Mereka tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tapi juga rasa, cara menjadi suri teladan, dan juga yang membentuk kita ke arah yang lebih baik.

Pengetahuan yang diajarkan oleh guru memang luas. Banyak hal yang bisa dicapai dan seharusnya siswa menyadari hal tersebut. Namun, guru harus belajar lebih banyak untuk bisa menggali potensi siswa. Salah satunya ialah keterampilan sosial. Keterampilan sosial menjadi acuan penilaian siswa di sekolah. Oleh sebab itu, sangat penting bagi guru untuk mengolah keterampilan ini untuk siswa di sekolah.

Sebelum membahas lebih jauh, sepatutnya kita memahami definisi keterampilan sosial. Menurut Nurma Izzati (2014: 90), keterampilan sosial berkaitan erat dengan menjalin kerja sama antarindividu, berinteraksi, kemauan berpartisipasi, menjalin hubungan, dan berusaha menangani konflik. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial ialah keterampilan yang melibatkan individu lain. Keterampilan sosial menjadi suatu keharmonisan yang erat antarindividu bagaikan lem yang kuat (Fajriyah, 2014: 81).  Hal ini mempengaruhi cara berfikir dan komunikasi yang efektif. Namun, keterampilan sosial bukanlah bakat yang ada sejak lahir, melainkan pengelolaan dari lingkungan (Dodi Priyatmo Silonde, 2013: 90). Keterampilan ini bisa juga disebut sebagai perilaku yang dipelajari karena kemampuan bersosialisasi akan mempengaruhi diterima atau tidak seseorang di lingkungan masyarakat.

Elksnin dan Elksnin (1999) menyatakan bahwa ada lima ciri ketarampilan sosial, yaitu keterampilan adaptasi, mengontrol diri dan sosial, peningkatan prestasi akademis, perilaku yang diterima, serta komunikasi yang lancar. Ciri-ciri ini  menunjukkan beberapa metode yang cocok dan tepat untuk digunakan dalam metode pembelajaran di sekolah. Lalu apa saja metode tersebut? Pertama, edutaiment ialah penggabungan proses belajar dengan hiburan yang menyenangkan. Manfaatnya tidak hanya membuat pembelajaran menjadi menyenangkan saja, tetapi membawa siswa untuk berkerja sama dan berinteraksi. Kedua, ice breaking. Dalam ice breaking, ada kerja sama tim, interaksi, mengasah kreativitas, bertukar pikiran, dan saling berpendapat yang bisa menjadi solusi untuk mengolah pembelajaran yang menyenangkan. Ketiga, role playing. Keempat, bermain permainan tradisional. Kelima, speaker’s staff. Keenam, metode pembelajaran kooperatif.

Erliany Syaodih (2007: 19 – 20)  menjelaskan prinsip-prinsip metode pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) meningkatkan keterampilan sosial siswa; 2) meningkatnya penguasaan pada materi; 3) pembelajaran yang memanfaatkan dinamika kelompok dapat meningkatkan capaian hasil belajar siswa atau motivasi siswa; 4) kegiatan yang berkelompok dilakukan dengan sekreatif mungkin; 5) memanfaatkan siswa saat materi berlangsung akan meningkatkan keaktifan siswa; 6) adaptasi siswa lebih cepat; 7) eksplorasi siswa memberikan wawasan kepadanya secara langsung; 8) siswa menjadi lebih mendalami dan menguasai materi pembelajaran; 9) mengakhiri pembelajaran dengan menarik kesimpulan dapat mempertegas ingatan siswa tentang pembelajaran hari itu. Pendekatan ekspriental learning bisa menjadi acuan bagi guru untuk mengasah keterampilan dalam metode pembelajaran kooperatif.

Jika sebuah sekolah memiliki anak berkebutuhan khusus, bisa mencoba metode-metode berikut ini: 1) teknik Think Pair Share; 2)  guru memahami siswa dengan mengelompokkan siswanya berdasarkan aspek keterampilan sosial; 3) penerapan pembelajaran kewirausahaan; 4) melibatkan orang tua. Anak berkebutuhan khusus juga seharusnya menjadi perhatian. Sebab mereka juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berfokus pada keterampilan sosialnya. Orang tua lebih mengedepankan akademik anak dibandingkan dengan keterampilan sosial anaknya. Ini sangat buruk sekali.

Keterampilan sosial sangat penting untuk perkembangan siswa. Pertama, individu dapat menggapai tujuannya dengan memanfaatkan kelompok atau pasangannya. Kedua, ia mendapatkan dukungan positif dengan mudah. Ketiga, solusi penyelesaian dapat dilakukan dengan interaksi sosial. Bagi Tania Clara Dewanti, Widada, dan Triyono (2016: 129) bahwa keterampilan sosial dapat meningkatkan kecerdasaran individu meningkat. Hal ini dikarenakan kemampuan komunikasinya yang efektif sehingga meningkatkan kepercayaan diri di kelas untuk belajar banyak hal dan tidak malu bertanya. Berbeda dengan siswa pemalu dan cenderung tidak aktif di kelas, dikarenakan ia memiliki tingkat kepercayaan diri rendah yang juga langsung mempengaruhi prestasi akademiknya di kelas. Ketiga, melatih diri menjadi pemimpin. Daniel Golenman (1998) menyebutkan bahwa ada lima faktor kecerdasan emosional yang membuat seseorang menjadi pemimpin ialah kesadaran diri, peraturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.

Seseorang bisa merasakan manfaat saat ia memiliki keterampilan sosial diantaranya sebagai berikut: 1) Individu bisa menghargai orang lain; 2) ia juga dapat memahami dan mengerti pola pikir manusia; 3) tindakan individu akan selalu diingat manakala perbuatan baiknya saat berinteraksi dan membantu orang lain; 4) pikiran yang terbuka dan wawasan yang bertambah; 5) jaringan dan relasi yang luas; 6) individu yang memiliki penyakit mental bisa dipulihkan dengan mengasah keterampilan sosialnya; 7) mengasah bakat dan minat.

Bagaimana proses implementasinya di sekolah? Guru bisa mengajak siswa yang memiliki keaktifan rendah dengan memberikan hal-hal kecil seperti memberikan tugas  kecil, memintanya menjawab pertanyaan sederhana, atau membuat kelompok belajar. Kegiatan-kegiatan ini mampu memberikan efek yang luar biasa pada kepercayaan diri anak. Guru harus menghafal pola perilaku siswanya agar dapat menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang bisa mengasah keterampilan sosialnya agar ia mencapai tingkat kesuksesan yang diinginkannya.

Bimbingan konseling juga memiliki andil dalam menggali kemampuan siswa untuk terampil bersosialisasi di sekolah. Salah satu layanan bimbingan konseling yang cocok ialah Bimbingan Kelompok. Bimbingan kelompok adalah bantuan kepada kelompok yang terdiri dari 2 – 10 orang konseli agar mereka mampu melakukan pencegahan masalah, pemeliharaan nilai, dan pengembangan keterampilan hidup yang dibutuhkan. Bimbingan ini penuh dengan perancangan dan perencanaan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh kelompok tersebut. Jenny Indrastoeti dan Hasan Mahfud (2015; 150) berpendapat bahwa keterampilan sosial individu akan terlihat saat mereka berkelompok.

Guru Bimbingan dan Konseling bisa memfasilitasi siswanya untuk melakukan bimbingan kelompok dengan menanamkan nilai-nilai atau kearifan lokal yang ada kepada siswa. Hal ini juga yang kemudian meminimkan sikap apatis setiap siswa dan mengedepankan sikap terbuka. Seperti yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah SMKS Kesehatan Unaaha yang mayoritas siswanya memiliki keterampilan sosial yang rendah. Setelah diberikan layanan bimbingan konseling berupa Bimbingan Kelompok, hal itu terbukti berhasil membuat siswa menjadi lebih peka dengan lingkungan sosialnya. Memang pada mulanya para guru yang mengajar belum pernah melakukan hal yang seperti ini.

            Setelah menjelaskan beberapa hal di atas dapat dipastikan bahwa keterampilan sosial adalah hal utama yang harus difokuskan, dicapai oleh siswa, dan selalu menjadi perhatian utama oleh pengajar di sekolah. Sebab motivasi pembelajaran siswa tergantung pada apa yang dilakukan guru selama di kelas. Karena banyaknya manfaat yang dirasakan siswa. Guru harus menyadari hal tersebut karena ada banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh siswa di sekolah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Agustriana, N. (2013). Pengaruh Metode Edutainment Dan Konsep Diri Terhadap Keterampilan Sosial Anak. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 7(2), 267-286.

Bakhtiar, M. I. (2015). Pengembangan video ice breaking sebagai media bimbingan konseling dalam meningkatkan keterampilan sosial. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling, 1(2), 150-162.

Dewanti, T. C., Widada, W., & Triyono, T. (2016). Hubungan Antara Keterampilan Sosial dan Penggunaan Gadget Smartphone terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 9 Malang. Jurnal Kajian Bimbingan Dan Konseling, 1(3), 126-131.

Diahwati, R., Hariyono, H., & Hanurawan, F. (2016). Keterampilan sosial siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(8), 1612-1620.

Efektivitas Teknik Pembelajaran Think Pair Share untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Tunalaras di SLB E Handayani. (2017). JASSI ANAKKU, 18(1), 1–7.

Fajriyah, K. (2014). Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Siswa SD. Malih Peddas (Majalah Ilmiah Pendidikan Dasar), 4(2).

Hanifah, N., & Sunaengsih, C. (2017). Penguatan Keterampilan Sosial dan Emosional melalui Metode Speaker’s Staff dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar. Indonesian Journal of Primary Education, 1(2), 105. https://doi.org/10.17509/ijpe.v1i2.11390.

In, H., Kim, H., & Carney, J. L. V. (2019). The relation of social skills and school climate of diversity to children’s life satisfaction: The mediating role of school connectedness. Psychology in the Schools, 56(6), 1023–1036. https://doi.org/10.1002/pits.22247

Indrastoeti, J., & Mahfud, H. (2015). Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Experiental Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial. Mimbar Sekolah Dasar, 2(2), 140-151.

Izzati, N. (2016). Pengaruh Keterampilan Sosial Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa. Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, 3(1).

Madjar, N., Chubarov, E., Zalsman, G., Weiser, M., & Shoval, G. (2019). Social skills, executive functioning and social engagement. Schizophrenia Research: Cognition, 17, 100137.

Mangunsong, F. M., & Wahyuni, C. (2018). Keterlibatan Orang Tua terhadap Keterampilan Sosial Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Inklusif. Jurnal Psikologi, 45(3), 167. https://doi.org/10.22146/jpsi.32341.

Nugraini, I., & Ramdhani, N. (2017). Keterampilan Sosial Menjaga Kesejahteraan Psikologis Pengguna Internet. Jurnal Psikologi, 43(3), 183. https://doi.org/10.22146/jpsi.22139.

Olivares-Olivares, P. J., Ortiz-GonzΓ‘lez, P. F., & Olivares, J. (2019). Role of social skills training in adolescents with social anxiety disorder. International Journal of Clinical and Health Psychology, 19(1), 41-48.

Perdani, P. A. (2013). Peningkatan keterampilan sosial melalui metode bermain permainan tradisional pada anak TK B. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 7(2), 234-250.

Priyanti, M. M., Sudariyah, S., Mahmudah, L., & Salimi, M. (2016). Upaya Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Pembelajaran Kewirausahaan Di Slb Negeri Purworejo. Inovasi Pembelajaran Berbasis Karakter Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Sebagaimana, 403–410.

Silondae, D. P. (2013). Model Bimbingan Kelompok Berbasis Nilai Budaya Suku Tolaki untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa. Jurnal Bimbingan Konseling, 2(2).

Siska, Y. (2011). PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 1(2), 1–15.

Syaodih, E. (2007). PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL. Educare.

Szumski, G., Smogorzewska, J., Grygiel, P., & Orlando, A. M. (2019). Examining the effectiveness of naturalistic social skills training in developing social skills and theory of mind in preschoolers with ASD. Journal of autism and developmental disorders, 49(7), 2822-2837.

Toonthong, S. Developing Life Skill Development Program for the 4th Year Students of Music of Education Program, Faculty of Humanities and Social Sciences Thepsatri Rajabhat University. In Proceeding of the International Conference on Teacher Training and Education (Vol. 2, No. 1, pp. 253-260).

Winarti, S. (2012). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan interaksi sosial pada siswa-siswi SMK X dan XI Cendika Bangsa Kepanjen Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

 

 

 

 

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer